Nafasku sesak, seperti ada yang menutup lubang pernafasanku.
Kuberanikan membuka mata walau hanya ada sedikit celah cahaya, ini sebuah
bantal yang menutupi pernafasanku. Teriakanku hanya terkurung diruangan ini, berharap
ada sesosok malaikat yang segera menghentikan siksaan ini segera.

Dia membujukku untuk berhenti menangis dan mengatakan ‘semua
akan baik-baik saja’. Aku bahagia saat dia
menghiburku dan mengatakan bahwa aku akan pergi ke sekolah taman
kanak-kanak seperti mereka yang sering kulihat lalu lalang di depan jendela
kamarku. Wanita tua itu juga mengatakan ‘dewasa kelak aku akan menjadi seorang
yang selalu bahagia tanpa air mata dan siksa’, aku tersenyum dan berharap itu
nyata.
Kali ini, bukan hanya tak diizinkan untuk menginjakkan kaki
dibawah langit, tapi juga tak diizinkan untuk terlihat oleh mereka, terkurung.
Aku berharap ada seekor semut yang sudi menemaniku di ruangan luas yang tak
memiliki kehidupan ini. Hanya ada benda mati yang tetap diam walau aku tak lagi
bernyawa, dan jendela besar yang tak dapat dibuka. Hanya ada satu pintu yang
kuncinya pun aku tak tau, serta lubang-lubang kecil yang tak pernah dilewati
oleh lalat atau nyamuk sekalipun. Aku benci ruangan ini selebihnya lagi pada
jendela besar itu, hanya bisa melihat mereka bermain, bercanda, tertawa, yang
membuatku merasa sangat iri hingga berharap mati.
Aku berada disebuah ruangan yang tak pernah kulihat sebelumnya
dan seorang malaikat yang sedang membawa nampan dengan makan malam. Dimana aku
saat ini aku tak yakin, aku hanya ingat beberapa saat lalu seperti masih siang
hari dengan teriknya matahari membakar kulitku. Aku sempat tak sadarkan diri, hanya
itu satu-satu nya alasan mengapa aku berada disini.
Malaikat itu menyodorkan nampan padaku yang sedang memikirkan
betapa baiknya dia. Ini merupakan makanan terlezat yang pernah aku makan, walau
hanya telur dadar dan semangkuk nasi. Pertama kali aku melahap makanan dengan
tenang, merasakan betapa lezatnnya sebutir nasi dilidahku. Tak ada suara pecah
hempasan piring, bantingan pintu, atau benturan tongkat ke dinding. Tak mampu
lagi aku menyuarakan betapa bahagianya aku, berjumpa seorang malaikat yang
membawaku lari dari penderitaan.
~R_Hr~