Selasa, 19 Februari 2019

Malam Sepi nan Romantis


Hembusan angin sangat deras sore ini hingga jendela terbuka dan tertutup dengan sendirinya, hantamannya terdengar sangat keras hingga mengangetkanku yang sedang menikmati tidur di kala senjaku. "Huh, kupikir bunyi apaan..." keluhku. Ku tengok jam yang bergelantung disamping pintu kamarku, terlihat jarum panjang dan pendek berebut menuju angka 6. Segera ku bergegas mengambil handuk dan segera beranjak pergi ke peraduan kamar mandi tercintaku. Tak lama dari itu, terdengar namaku diteriakan hingga ku terkaget untuk kedua kalinya, "Aren.. Aren.... ada teman mu di depan". Seketika ku teringat akan janji yang kubuat tadi pagi bersama seorang lelaki yang selalu mengejarku. Dia suka padaku kata mereka, walau aku belum pernah mendengar sekalipun dia menyebut kata suka atau semacamnya kepadaku. Well, malam ini aku membuat janji untuk berjumpa sembari berbincang berdua. So, setelah ku bercinta dengan kamar mandiku, aku segera bersiap dan segera ku berpamit kepada ayah bunda tercinta.


Malam yang sepi hingga tak ada terdengar suara bising mesin kendaraan, hanya terlihat beberapa sepeda dan pejalan kaki yang lalu lalang. Huh sungguh romantis suasana malam ini, aku dan dia berbicang sembari menyusuri jalan. Letih kakiku hingga ku tak mampu untuk melangkah lebih jauh, tapi tak ada ciri-ciri akan ada munculnya ojek maupun taksi di jalan ini. Kami pun menghentikan langkah dan mengunjungi sebuah warung kopi didekat sini. Telah habis bahanku untuk berbincang hingga ku dan dia terdiam, hening hingga hanya ada suara ketika kami menyeruput kopi. 

Prang... seketika ku mengalami kekagetan untuk ketiga kalinya, jatuhnya piring yang di bawa oleh pelayan itu membuat keheningan seketika mejadi kerusuhan. Seorang pelanggan yang tertumpah makanan dari piring itu berteriak hingga pemilik warung kopi pun mengahmpiri keributan itu, "maaf ka, saya tidak sengaja" ucap pelayan itu meminta maaf kepada wanita yang tetap memarahinya. "Pak, maaf tadi saya tidak sengaja" pelayan itu memberi penjelasan kepada pemilik warung kopi itu. "kaka pecat saja dia, kerja gak becus yang ada warung kopi kaka ini bangkrut" teriak wanita itu kepada pemilik warung kopi yang ternyata kakaknya. Tak ingin menambah keributan dan mencari masalah dengan adiknya, dengan terpaksa dia pun memecat pelayan itu.

Sungguh melelahkan malam ini, tapi wajah tampannya itu masih terngiang di bayangku. Bukan hanya itu, dia juga ternyata seringkali menulis puisi dan mencintai sastra. Seketika ku berpikir yang tidak pernah terpikir olehku sebelumnya, akankah? akankah aku jatuh cinta?. Pikiran aneh namun selalu terngiang membisik ditelingaku, "ah sudahlah tak akan kupikirkan lagi" ucapku. Teng, teng, lagi-lagi jarum panjang dan pendek itu berebutan namun bukan ke angka 6 melainkan angka 12. Ternyata sudah malam sekali sudah saatnya untuk pertapaan utama bersama boneka ku tercinta, "selamat malam" sapa ku pada alarmku setelah ku mengaktifkannya untuk pagi.

~RHR~